Menulislah, Sebagai Pertanda Kau Pernah Ada...

14 March 2014

Posisi Jurnalis Antara Uang, Fasilitas dan Hadiah


Tak bisa dipungkiri, menjadi jurnalis adalah profesi paling sentral. Banyak pihak yang ingin memberi atau sekedar mendekatkan diri kepada sang jurnalis. Namun sebagai salah satu penentu kebijakan di masyarakat, sebagai jurnalis harus bisa menjaga itu semua.

Jurnalis pada dasarnya tidak diperbolehkan menerima pemberian dalam bentuk uang, barang, atau fasilitas apapun. Apalagi ketika pemberian itu terjadi karena posisi dia sebagai jurnalis (bukan masyarakat biasa).

Sebagai jurnalis posisi ini memang dilematis. Jika pemerian yang bersangkutan tidak bisa ditolak di tempat, pengembalian bisa dilakukan secara langsung atau melalui sekretaris redaksi kepada nara sumber yang bersangkutan.

Berikut adalah pedoman perilaku jurnalis dalam jika dihadapkan pada pemberian uang, hadiah atau fasilitas.

  1. Jurnalis tidak boleh menerima uang dalam bentuk apapun (tunai, cek, giro, transfer melalui bank, atau berbentuk asuransi) dari sumber berita. 
  2. Jurnalis tidak menerima pemberian dari sumber berita berupa barang atau sesuatu yang senilai barang, di atas Rp 100 ribu. 
  3. Jurnalis sebiasa mungkin yang membayar biaya ketika menjamu sumber berita (termasuk para pejabat pemerintah) atau ketika melakukan perjalanan untuk meliput mereka. Sebisa mungkin, jurnalis harus menyarankan pertemuan untuk wawancara di tempat di mana perusahaan media dapat membayarnya. Dalam beberapa situasi tertentu, menerima jamuan makan atau minum mungkin tak terhindarkan. Sebagai contoh, jurnalis tidak perlu menolak setiap undangan wawancara dari seorang eksekutif dalam jamuan makan siang di ruang makan pribadi korporasi, di mana tak mungkin reporter tersebut dapat membayar makanannya. 
  4. Jurnalis sebaiknya tidak menerima uang transportasi dan penginapan gratis atau diskon, kecuali dalam keadaan terdesak. Misalnya ketika mengikuti  ekspedisi militer atau ekspedisi ilmiah yang apabila dilakukan pengaturan secara pribadi malah tidak praktis. Contoh lain adalah mengikuti penerbangan dengan pesawat milik perusahaan tertentu, ketika seorang eksekutif yang ingin diwawancarai terbang di dalam pesawat itu juga. Jurnalis harus berkonsultasi dengan atasannya ketika menghadapi keadaan tertentu seperti ini.
  5. Jurnalis yang mengulas pertunjukan seni atau atletik atau aktivitas lainnya di mana biaya masuknya tidak gratis, boleh menerima kartu bebas masuk (untuk pers) atau tiket, yang lazimnya disediakan. Tapi ia tidak boleh membawa orang lain untuk bisa menerima tiket gratis serupa. 
  6. Jurnalis dilarang menerima hadiah, tiket, diskon, penggantian biaya atau insentif lain dari seseorang atau perusahaan atau organisasi yang diberitakan atau mungkin diberitakan.  Pengecualian dapat diberikan untuk souvenir—yang tidak bisa dijual lagi--dengan nilai nominal di bawah Rp 100 ribu. 
  7. Jurnalis tidak boleh menerima pekerjaan atau kompensasi dalam bentuk apa pun dari seseorang atau sebuah organisasi yang muncul atau akan muncul dalam pemberitaan yang mereka liput, edit, tangani, atau awasi.
  8. Jurnalis tidak diperbolehkan menerima apa pun yang dapat ditafsirkan sebagai pembayaran untuk mendapatkan pemberitaan yang baik atau bujukan untuk mengubah isi peliputan yang tak menguntungkan narasumber. 
  9. Jurnalis dapat menerima hadiah atau diskon yang itu tersedia untuk masyarakat umum. Ia juga dibolehkan menerima diskon dari perusahaan tempatnya bekerja atau menerima tiket masuk gratis atau pelayanan lain yang memang diperuntukkan bagi semua karyawan perusahaan media itu. 
  10. Jurnalis harus menyadari bahwa diskon besar dapat menciptakan kesan keberpihakan, terutama ketika media mereka meliput perusahaan atau industri yang menawarkan diskon tersebut. Misalnya, sebuah perusahaan properti menawarkan diskon kepada karyawan perusahaan media. Jika ada diskon seperti itu yang akhirnya menimbulkan keraguan, jurnalis harus bertanya kepada atasannya atau organisasi profesi sebelum menerima diskon itu.

Harus diingat bahwa segala pemberian yang diberikan oleh narasumber dengan berbagai niat dibelakangnya, tidak akan abadi. Mereka terlihat peduli karena posisi kita sebagai jurnalis, narasumber akan melihat jurnalis yang mudah menerima fasilitas dengan predikat murahan.

Ingatlah, bangun hubungan yang sehat. Bekerja tidak semata-mata karena mengharapkan imbalan. Jurnalis harus dijadikan sebagai pilihan hidup.

Posisi Jurnalis Antara Uang, Fasilitas dan Hadiah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Anonymous

0 komentar:

Post a Comment

Jangan Tinggalkan Jejak Kecuali Komentar Anda!