Menulislah, Sebagai Pertanda Kau Pernah Ada...

12 March 2014

Bagaimana Jurnalis Berhubungan dengan Narasumber?


Setelah beberapa postingan sebelumnya kita membahas prinsip-prinsip pedoman baku jurnalis, kali ini kita akan membahas bagaimana idealnya seorang jurnalis berhubungan dengan narasumber.

Konflik kepentingan, yang tersirat atau tersurat, sangat mungkin muncul di banyak area. Konflik kepentingan bisa saja menyangkut hubungan antara jurnalis dengan publik, narasumber, kelompok advokasi, pemasang iklan, atau pesaing.

Ketika pasangan (suami atau istri) jurnalis juga sama-sama meniti karir, keluarga juga bisa menjadi penyebab timbulnya konflik kepentingan.

Olehnya itu, lahirlah 15 poin pedoman perilaku jurnalis yang seharusnya diterapkan oleh setiap jurnalis di Indonesia. Pedoman ini sangat penting bagi jurnalis dan membantu bagi setiap orang yang akan berkecimpung dalam dunia jurnalis. Berikut poin-poinnya.
  1. Jurnalis menghormati privasi narasumber dengan tidak menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah pribadinya dan tak ada hubungannya dengan kepentingan umum, kecuali narasumbernya tak keberatan dan bersedia memberikan jawaban.
  2. Sebagai bagian dari penghormatan terhadap privasi, jurnalis tak diperkenankan memasuki ruangan, rumah atau properti nara sumber kecuali mendapatkan persetujuan dari narasumber.
  3. Jurnalis menghargai hak narasumber untuk menolak, tak bersedia diwawancarai, atau tidak berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan perusahaan media.
  4. Jurnalis tidak diperbolehkan mengancam (dengan berbagai cara) nara sumber yang dianggap tidak kooperatif, dan juga tak boleh menjanjikan liputan yang baik sebagai imbalan kepada narasumber karena sikapnya.
  5. Jurnalis tidak diperbolehkan membayar untuk mendapatkan wawancara atau dokumen yang tidak dipublikasikan oleh pemiliknya.
  6. Jurnalis mengungkapkan identitasnya kepada pihak-pihak yang diwawancarai, baik melalui tatap muka atau tidak. Namun ia tak harus mengungkapkan identitas ketika mencari informasi yang sudah tersedia untuk umum.
  7. Jurnalis yang menulis ulasan teater, musik, seni, atau ang mengulas barang atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat, dapat menyembunyikan indentitasnya, tapi tidak boleh memberikan identitas palsu.
  8. Jurnalis perlu mempertimbangkan kebutuhan untuk membuka atau tidak membuka identitasnya saat menulis ulasan atas restoran atau wisata untuk menghindari kemungkinan menerima perlakuan khusus.
  9. Jika jurnalis berusaha masuk ke negara yang “tak ramah” (misalnya, menolak masuknya jurnalis asing), bisa berlindung dengan identitas “ganda” dan mengindentifikasi diri sebagai pekerja yang sedang melakukan perjalanan dinas atau turis.
  10. Jurnalis tak diperbolehkan bertindak seperti polisi, pengacara, pengusaha, atau profesi lainnya ketika sedang bertugas. 
  11. Hubungan dengan sumber didasarkan pada penilaian yang jelas dan disiplin diri untuk mencegah kemungkinan adanya keberpihakan atau favoritisme. Menjaga hubungan dengan sumber biasanya dapat dilakukan dengan pertemuan informal di luar jam kerja. Jika memilih cara itu, jurnalis harus peka bahwa hubungan pribadi dengan sumber berita dapat mengakibatkan favoritisme, secara nyata atau tidak.
  12. Jurnalis perlu menyadari bahwa narasumber berusaha untuk mengambil hati wartawan untuk kepentingan mereka. Untuk itu, penting bagi jurnalis mempertahankan sikap profesional dan bebas dari bias.
  13. Jurnalis menghormati kesepakatan yang dibuat dengan narasumber, berupa pemberian informasi yang bersifat on the record, off the record, informasi latarbelakang, atau menjadi narasumber anonim. Jika dinyatakan on the record, pernyataannya bisa dimuat oleh media; off the record, maka pernyataan itu tak bisa dimuat dalam pemberitaan; informasi latarbelakang, informasinya bisa digunakan oleh jurnalis tanpa menyebutkan sumbernya. Jika narasumber ingin bersifat anonim, maka informasinya bisa dipakai tapi identitas narasumbernya disamarkan. 
  14. Hubungan asmara dengan narasumber akan mengesankan keberpihakan. Karena itu, jurnalis yang memiliki hubungan dekat dengan orang-orang yang mungkin dijadikan narasumber dalam pemberitaan yang dia liput, yang dia edit, atau dia tangani atau awasi, harus secara terus terang memberitahukan hubungannya kepada atasannya. 
  15. Dalam beberapa kasus, tidak ada sanksi apapaun terhadap jurnalis yang memiliki hubungan khusus itu. Namun dalam kasus tertentu, ia mungkin harus mengundurkan diri dari peliputan yang melibatkan “pasangannya” tersebut atau cukup dipindah ke pos atau desk peliputan lain, untuk menghindari munculnya konflik kepentingan.

Dengan pedoman diatas, sebagai jurnalis atau baru berniat masuk kedunia jurnalis kita bisa paham posisi kita saat berhubungan dengan narasumber. Saling menghargai adalah kunci utama dalam kesuksesan sebuah hubungan.


Bagaimana Jurnalis Berhubungan dengan Narasumber? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Anonymous

0 komentar:

Post a Comment

Jangan Tinggalkan Jejak Kecuali Komentar Anda!